Cari Di Blog Ini !

Bumiku Yang Semakin Hancur

Sijunjung

DEK padi sagalo jadi, dek ameh sagalo kameh. Agaknya ungkapan tersebut memang benar adanya, dan tak berlebih rasanya kalau kita menilai para nenek moyang orang Minangkabau dulu memang sangat cerdas.
Hal tersebut tercermin dari ungkapan-ungkapan yang mereka ciptakan yang selalu menyentuh dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, yang sebenarnya kalau disimak dan ditela’ah dengan seksama, sangatlah besar manfaatnya bagi kita dalam mengharungi kehidupan ini.
Hanya saja, dizaman modern seperti sekarang, ungkapan-ungkapan yang merupakan rambu-rambu bagi orang Minang telah banyak yang diabaikan, bahkan cenderung dilanggar dan ditelantarkan tanpa memikirkan masa mendatang.
Dek padi sagalo jadi, ini menyiratkan betapa gigihnya orang Minang dalam berusaha, dengan harapan tentu untuk meraih kemakmuran dan kesejahteraan, terutama tercukupinya kebutuhan pangan dan sandang. Tidak saja untuk kebutuhan mereka ketika itu, tapi jauh kedepan yang mereka fikirkan adalah anak, cucu kemenakan serta keturunan mereka sekian puluh atau ratusan tahun mendatang.
Untuk itu mereka tak pernah lelah untuk mengolah lahan perkebunan, pertanian. Meneruka tanah yang bisa dijadikan areal persawahan. Nan bukik dijadikan ladang, nan bancah dijadikan sawah. Al hasil, kerja keras mereka itu memang tak sia-sia. Sekarang telah terbentang areal perkebunan dan persawahan yang bisa dinikmati hasilnya oleh penerus mereka.
Namun amat disayangkan. Dek ameh iyo sagalo kameh, teruka para tetua itu sekarang sudah compang camping dihantam kerbau besi buatan Jepang, dimana-mana tak lagi dilihat hamparan padi yang menguning, diiringi teriakan para petani menghalau siburung pipit yang mengutil butiran padi.
Disepanjang batang Palangki, yang terlihat hanyalah onggokan tanah dan pasir, diiringi deru mesin dompeng dan eskavator yang mengobrak abrik isi perut bumi Palangki, guna mencari butiran logam mulia yang dinamakan emas. Entah sampai kapan ini terjadi, semuanya seakan membisu, membiarkan bumiku hancur tak menentu. Sementara segelintir orang mengeruk keuntungan, tanpa lagi memikirkan akibat yang akan ditimbulkan,. termasuk mereka yang duduk dilembaga pemerintahan, Tanpa memikirkan nasib cucu kemenakan
Oh !, para mamak kami, akan kemana kah nasib dikadukan, akan kah dibiarkan nanti kami mati tak makan, pusaka habis kami juga tak punya warisan, termasuk mereka yang saat ini masih berada dalam kandungan, maupun mereka yang akan ke bumi ini sepuluh tahun kedepan
Sudah …., sudah……sudahlah. Hentikan…….hentikan……., hentikanlah. Ingat… ingat….ingatlah generasimu yang akan manjawek warisan dari keturunan-keturunanmu ke depan

0 comments: (+add yours?)

Post a Comment

Tolong Komentar anda tentang berita yang terdapat di blog ini

Terkait